Lika-liku
perjalanan harga telur yang begitu fluktuatif menghiasi obrolan para peternak ayam petelur
akhir-akhir ini. Yogyakarta--Lebaran Idul Fitri 1434 H mencapai 20.000 rupiah perkilogram,
sementara pasca lebaran harga telur kembali normal yakni dikisaran harga 17.000
rupiah/kg (KRjogja.com 21/8/2013).
Penurunan harga yang sangat signifikan terlihat
pada hari ini. harga telur ras perkilogram nya mencapai angka 12200 /kg untuk daerah semarang.
Kondisi harga telur ini juga dipertegas oleh Slamet, salah satu peternak ayam
petelur Tirto Unggul, Sekopek-Semarang. “harga telur ayam ras saat ini mencapai
13.000/kg untuk skala besarnya”. Selain itu beliau juga menyatakan keresahannya
atas harga telur ayam saat ini.
Analisis
Kasus
Atas dasar kondisi saat ini saya mencoba
menganalisis penyebab terjadinya penurunan harga tersebut. Dalam sejarah
perteluran di Indonesia hampir selalu terjadi paradoks yakni disaat harga pakan
naik, selalu diikuti dengan turunnya harga telur.
Rantai Hubungan antara Pabrik Pakan
dengan Peternak.
Pabrik pakan dalam melaksanaakan fungsi
utamanya dalam penyediaan pakan bagi pengusaha budidaya ayam petelur biasanya
menyetujui kontrak kerja. Dimana peternak sebagai pelanggan tetap (partner
bisnis) yang secara kontinyu akan menyuplai pakan dari pabrik tersebut. Dan
tentunya peternak diuntungkan. Stok pakan biasanya diambil dalam jumlah banyak
untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 1-2 minggu atau bahkan 1-2 bulan, begitu
sangat diuntungkan dari sisi harga karena masih menganut harga pakan
sebelumnya. Disatu sisi pabrik pakan menghendaki sistem pembayaran diawal atau
biasa disebut cash before delivery (CBD). Bagi peternak skala besar
(populasi >100.000 ekor) sistem tersebut tidak menjadi masalah. Sayangnya
bagi mereka yang memiliki ternak skala menengah-kebawah hal tersebut akan
menjadi masalah. Oleh karena itu mereka mencoba untuk mensiasatinya.
Rantai Hubungan antara Peternak
dengan Konsumen (bakul).
Salah satu strategi peternak tersebut diatas adalah
menjual telur kepada konsumen (partner bisnis) secara kontan yang mana biasanya
dibayar kredit dalam tempo 1-2 minggu. Karena pembayarannya kontan maka, konsumen
memanfaatkan kondisi tersebut untuk meminta potongan harga atau menawar harga
yang lebih rendah dari harga telur di pasar saat itu. Akibatnya harga pasar
mulai terganggu. Paradigm masyarakat saat itu sketika berubah dan terkena
imbasnya kepada para peternak ayam petelur lain. Pedagang mulai meminta dengan
harga murah karena telah didapati sebelumnya telur yang juga murah. Akhirnya
peternak lain juga ikut menjual telurnya, termasuk peternak skala besar. Seolah-olah rantai suplai-chain meningkat
dan peternak yang memusnahkan banyak telur. Jawabannya adalah TIDAK!
0 komentar:
Posting Komentar